Selasa, 01 Desember 2015

Sastra dan Kepemimpinan Bangsa

Asep Salahudin *
Media Indonesia 17 Mei 2014

SESUNGGUHNYA dari karya sastra ada hal yang jauh lebih menarik ketimbang `kreasi’ kerumunan politisi yang bikin puisi penuh polusi. Puisi partisan sekadar berisi caci maki. Puisi jelek model seperti itu alih-alih dapat membersihkan ruang sosial yang kotor, justru menjadi bagian yang memberikan andil tergelarnya kegaduhan politik yang tidak bermutu.

Hal menarik itu tidak lain karena terlihat bagaimana karya sastra telah memberikan kontribusi besar dalam merumuskan nilai-nilai kepemimpinan dalam tema yang diusungnya. Sastra dalam titik tertentu dengan visi jelas meretas gagasan tentang `jalan’ yang sebaiknya dilalui agar bangsa dan kemanusiaan dapat keluar dari kemelut yang menderanya.

Kepemimpinan ternyata bukan hanya dipercakapkan dalam filsafat dan agama, melainkan juga sastra. Sastra sebagai sarana untuk menyucikan jiwa (Aristoteles), menggerakkan seseorang ke arah tindakan yang penuh tanggung jawab. Sastra bertautan dengan fungsi keindahan (beauty); fungsi kemanfaatan (benefit); dan fungsi kesempurnaan jiwa (spiritual perfection).

Karya sastra menawarkan terang kebenaran bukan sekadar khayalan yang berangkat dari ruang hampa kebudayaan. Sastra menggunakan bahasa sebagai media meneropong institusi sosial dan memotret kenyataan kemasyarakatan walaupun pada saat yang sama karya sastra juga melakukan peniruan alam dan dunia subjektif manusia (Wellek & Austin Warren, 1989).

Sastra menating gambaran manusia yang utuh. Termasuk berkaitan dengan kepemimpinan itu. Bagaimana manusia seharusnya memimpin dan bagaimana kepemimpinan itu mengalirkan keberkahan bagi khalayak. Sosok ideal pemimpin diimajikan sebagai manusia yang layak diteladani agar `kekuasaan’ kemudian membawa faedah kepada rakyat.

Manusia pergerakan

Maka tidak mengherankan jika manusia pergerakan dalam konteks kebangsaan ialah mereka yang berkarib dengan karya sastra bahkan tidak sedikit mereka ialah bagian dari kaum sastrawan. Hanya pemimpin yang akrab dengan literasi sastra yang bisa menulis `Indonesia’ ketika negara itu belum terbentuk. Seperti dilakukan Muhammad Yamin lewat Sumpah Pemuda. Begitu juga Tan Malaka, Hatta, Bung Karno, Agus Salim, Syahrir ialah sosok-sosok yang intens bergulat membaca karya sastra.

Dalam konteks dunia, kita dikenalkan sosok semacam Presiden Abraham yang terkenal banyak bikin puisi dan berkarib dengan penyair Walt Whitman. Sebut juga lainnya yang selalu membawa kitab sastra ketika mereka di medan juang semacam Vaklav Havel, Che Guevara, Pablo Neruda, Leopold Sedar Senghor, penyair dan pejuang Senegal.

Seperti ditulis Hendrawan Nadesul, ‘… efek puisi bukan cuma pada manajemen stres, melainkan juga bisa mencegah penyakit jantung dan gangguan pernapasan. Periset meneliti efek puisi dapat mengendurkan denyut jantung, dan irama napas jadi harmoni.’ (International Journal of Cardiology 6/9/2002). Dengan puisi, temperamen politisi pun mestinya bisa menjadi lebih jinak.

Bersastra dan berkesenian harus menjadi salah satu adonan dalam pembangunan karakter bangsa. Krisis multidimensi kita diperburuk dan diperpelik timpangnya pembangunan bangsa selama ini yang mendahulukan pembangunan sosok, tetapi mengabaikan pembangunan inner beauty bangsa. Pembangunan ekonomi mempercantik sosok bangsa, puisi, dan sastra membuatnya beradab. Termasuk menjadikannya elitis saat berpolitik (2004)’.

Kuasa dan kepemimpinan

Dalam sastra Jawa kuno seperti tergambarkan dalam Serat Rama, Serat Pustaka, Serat Paniti Praja, Serat Wulung Reh Serat Wedhatama (Suyami, Konsep Kepemimpinan Jawa dalam Ajaran sastra Cetha dan Brata, 2008) di sebutkan bahwa pemimpin itu harus menjadi panutan dan teladan, pelindung pertahanan dan ketahanan negara, pengayom, dan pemelihara kesejahteraan rakyat. Mpu Tantular memperkenalkan bineka tunggal ika yang membayangkan sikap lapang pemimpin dalam melihat keragaman.

Dalam Kekawin Ramayana diteguhkan ajaran Rama yang intinya menggambarkan pemimpin ideal itu. ‘Dan ia disuruh untuk menghormatinya, karena Ida Bhatara ada pada dirinya, delapan banyaknya berkumpul pada diri sang Prabhu, itulah sebabnya ia amat kuasa tiada bandingnya. Hyang Indra, Yama, Surya, Candra, Bayu, Kuwera, Baruna, Agni, demikian delapan jumlahnya, beliau-beliau itulah sebagai pribadi sang raja, itulah sebabnya disebut Asta Brata’.

Hikayat Sri Rama yang memiliki kemiripan pesan moralnya dengan Wawacan Babad Timbanganten yang mengajarkan tujuh sifat ideal yang berkaitan dengan kepemimpinan kreatif, yaitu kearifan, keadilan, kasih, sifat-sifat lahiriah yang menarik, keberanian demi harga diri, dan pertapa (Ikram, 1980). Juga dapat kita temukan dalam Sanghiyang Siksa Kandang Karesian dan Amanat Galungguung dalam naskah Sunda Kuna.

Dalam Kitab Tajus Salatin karya Bukhari Al-Jauhari yang hidup masa Sultan Alauddin Ri’ayat Syah abad XVII disebutkan 10 syarat menjadi pemimpin yang baik, yakni; 1) dewasa, 2) berwawasan luas, 3) cermat memilih pembantu negara, 4) baik rupa dan elok akhlaknya, 5) dermawan, 6) mengingat kebaikan orang, 7) tegas dalam menegak kankebenaran, menegur yang keliru dan member hentikan jenderal sean dainya tidak patuh terhadap komando, 8) menjaga perut dengan tidak terlampau banyak makan, pesta, dan hura-hura, 9) memperlakukan perempuan dengan bijak/tidak gemar mempermainkan kaum hawa, 10) laki-laki dan atau perempuan jika tidak ada laki-laki yang memenuhi syarat.

Dalam karya sastra Indonesia, nilai-nilai kepemimpinan itu dapat kita baca dalam senarai karya Pramoedya Ananta Toer yang banyak menggambarkan tentang `manusia unggul’ dalam menghadapi berbagai gejolak kehidupan. Manusia dengan segala problematika dan kompleksitas permasalahan yang dihadapinya dan bagaimana sosok-sosok rekaannya itu keluar dari kemelut itu dengan penuh harga diri. Sebut saja misalnya dalam Korupsi, Arok Dedes, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Alhasil, setelah kita menyelenggarakan Pemilu 2014, agenda yang musti kita perhatikan selanjutnya ialah menentukan pemimpin nasional, baik presiden maupun wakil presiden yang akan menjadi nakhoda dari sebuah negeri kepulauan dengan penduduk 250 juta lebih. Harapannya, yang hadir bukan sekadar `penguasa’ yang dipilih berdasarkan koalisi politik dagang sapi, melainkan pemimpin kreatif yang dapat mengeluarkan bangsa dari sekapan masalah selama ini.

Sebab bagaimanapun juga pemimpin yang tidak kreatif pada gilirannya hanya akan menjadi pemantik bagi munculnya negara gagal. Menjadi awal bagi lahirnya `negeri angin’ seperti dalam cerita pendek M Fudoli Zaini, ‘… Negara yang miskin itu pun bertambah melarat dan morat-marit. Orang-orang kehilangan pekerjaan dan menjadi penganggur. Anak-anak putus sekolah dan berkeliaran di jalanan. Kejahatan jadi merebak bagai cendawan di musim hujan. Tak lama kemudian bukan hanya pencurian yang terjadi di mana-mana, tetapi juga perampokan; penjarahan, dan kerusuhan mulai meletus di setiap tempat’.

Asep Salahudin, Dekan Fakultas Syariah di IAILM Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat
https://cerpenmediaindonesia.wordpress.com/2014/05/17/sastra-dan-kepemimpinan-bangsa/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati