Selasa, 21 Oktober 2014

Likurai dan Pendidikan Cinta Tanah Air

Judul Buku: Likurai Untuk Sang Mempelai (Sebuah Novel)
Penulis: Robert Fahik
Pengantar: Yohanes Sehandi
Epilog: Mezra E. Pellandou
Penerbit: Cipta Media Yogyakarta
Cetakan I: Desember 2013
Tebal Buku: xx + 124 halaman
Peresensi: Ignasius S. Roy Tei Seran, Fransiskus X. Taolin *
robertusfahik.blogspot.com


LIKURAI merupakan salah satu tarian daerah di Timor. Pada jaman dahulu, Likurai adalah tarian yang ditampilkan pada upacara-upacara adat dan untuk menyambut pahlawan suku yang disebut “meo”, bersama anak buahnya yang pulang dengan kemenangan dari medan perang. Tarian ini juga biasanya diperagakan untuk mengiringi antaran upeti ke istana atau untuk menyambut tamu agung yang berkunjung ke kerajaan.

Kini tarian Likurai sudah dapat dimodofikasi sesuai dengan kemampuan koreografer dan menitikberatkan pada tema tertentu yang hendak ditampilkan, misalnya untuk menyambut pejabat pemerintah atau tamu agung lainnya. Likurai pada dewasa ini lebih banyak ditampilkan untuk mengisi acara-acara kesenian atau untuk bersuka ria pada pesta-pesta adat atau keramaian-keramaian lain. Dalam rangka inkulturasi budaya-budaya lokal ke dalam Liturgi Gereja sesuai dengan amanat hasil Konsili Vantikan II di Roma tahun 1963-1965, maka tarian Likurai sudah ditampilkan juga dalam upacara Misa dimana Likurai ditampilkan untuk mengantarkan para imam ke dalam gereja, dan juga untuk menghantarkan persembahan ke altar.

Kekayaan budaya Timor (Likurai) dilihat secara mendalam oleh sang penulis yang kemudian “mengabadikannya” dalam bentuk novel. Sastrawan muda NTT, Romo Amanche Franck Oeninu, mengungapkan, “Robby telah pulang demi cinta dan pencerahan untuk Malaka tercinta. Dengan inspirasi dari ‘Badut Malaka’, Robby hadir menabuh ‘Likurai’ kemenangan demi kebahagiaan mempelai-mempelai Malaka di pesisir pantai Timor.” Romo Amanche benar, karena novel ini sesugguhnya merupakan “kelanjutan” dari novel pertama sang penulis yakni “Badut Malaka”. Dalam kedua novel ini, sang penulis benar-benar “kembali” ke tanah kelahirannya, dan mengangkat kekayaan budaya yang ada.

Terbitnya novel ini menegaskan komitmen penulisnya dalam mengangkat sastra daerah serentak kesetiaan dan kebanggaannya akan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu antarbudaya, sebagaimana ditegaskan Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Muhammad Luthfi Baihaqi, S.S., M.A. Sastrawan Indonesia asal NTT, Gerson Poyk juga memberi apresiasi terhadap novel ini dengan menulis: “Likurai Untuk Sang Mempelai” adalah sebuah novel faction (fact and fiction), campuran antara fakta jurnalistik dan karya fiktif. Fakta-fakta dicangkokkan ke alur fiktif. Alur fiktif murni bagaikan pohon cendana wangi yang tumbuh di tengah keindahan sabana Timor tetapi kini ia menjadi “Likurai Untuk Sang Mempelai” ketika dikerubungi oleh anggrek dan bunga fakta-fakta pada seluruh cabang dan ranting pohon fiktif. Fakta, mitos, legenda, sejarah, ritual-ritual, seni tarian dan nyanyian, keindahan alam dan tamasya gagasan pendidikan modern luar sekolah, kebudayaan yang sudah dikristenkan, catatan kaki, semuanya bagaikan anggrek sabana yang tumbuh melengket pohon cendana fiktif alur cerita. Membaca novel ini, kita seolah memasuki sebuah taman cendana Timor berhiaskan anggrek dan bunga-bunga sabana.” Novel ini juga mendapat apresiasi dari sejumlah tokoh dari berbagai kalangan yakni Dr. Norbertus Jegalus, M.A., dosen Filsafat Unwira Kupang, Bara Pattyradja, penyair muda Indonesia asal NTT, Petrus Seran Tahuk, tokoh muda Malaka- peminat sastra, Nelsensius Klau Fauk, putra Malaka, tinggal di Adelaide, Australia – penulis dan pemerhati masalah-masalah sosial, dan Kornelius Wandelinus Subang, putra Malaka, Mahasiswa Pascasarjana UTY, anggota Liga Mahasiswa Pascasarjana/LMP NTT Yogyakarta.

Singkat cerita, novel ini berkisah tentang perjalanan hidup tokoh utama, sang penyair Malaka, dengan segala niat, perjuangan, dan sepak terjangnya untuk membangun masyarakat, membangun daerah baru Kabupaten Malaka sebagai tanah terjanji yang berbudaya dan bermartabat.

Tokoh utama novel adalah anak tanah Malaka, Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya merantau menjadi TKI di Malaysia pada saat si aku masih dalam kandungan ibu. Terdengar khabar, sang ayah sakit keras dan hanya bisa diselamatkan apabila didampingi sang istri. Sang istri akhirnya berangkat ke Malaysia pada saat si aku masih bayi. Sesampai di Malaysia, ternyata sang suami sudah meninggal dunia. Dia sendiri akhirnya meninggal dunia karena stres dan galau tinggal di tanah orang.

Si aku sejak kecil dipelihara tantenya bernama Ina yang kebetulan keluarga itu tidak mempunyai anak. Pada usia remaja dan menjelang dewasa si aku mengembara lama di tanah rantau menuntut ilmu dan mencari pengalaman. Setelah bekal ilmu dan pengalaman memadai, pulanglah si anak rantau ke tanah kelahirannya Malaka, tanah yang menopang hidupnya. Panggilan tanah kelahiran ini semakin membuncah tatkala sang kekasih hati, si Noy, yang telah mengisi relung-relung hatinya sebelum mengembara, terus menunggunya dengan setia di Betun, Malaka, kapan saja sang penyair Malaka kembali.

Rencana pernikahan sang penyair Malaka dengan Noy menjadi terhambat karena tidak direstui oleh orang tua Noy yang materialistis, dengan berdalih, pernikahan baru direstui apabila si calon pengantin pria memperjelas status kedua orang tuanya yang selama ini diperguncingkan masyarakat sebagai anak yang tidak punyai orang tua.

Untuk memenuhi tuntutan itu, demi cintanya kepada si Noy, si aku berangkat ke Malaysia untuk jemput pulang kedua orang tuanya. Namun sayang, ternyata kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Pulanglah ia ke tanah Malaka. Kenyataan pahit yang menjemputnya, si Noy kekasih hati yang mengiringinya, sudah meninggal dunia karena stres dan sakit hati atas sikap orang tuanya.

Meskipun kekasih hatinya Noy telah tiada, niat luhur dan komitmen perjuangan sang penyair Malaka untuk membangun tanah Malaka tidak pernah surut. Dengan segala kemampuan yang dimilikinya, dia membangun Malaka, yang segera menjadi kabupaten baru, yakni Kabupaten Malaka, dengan runtutan sejumlah peristiwa bersejarah, yakni pada 14 Desember 2012 DPR RI mengesahkan UU tentang Pembentukan Kabupaten Malaka, pada 22 April 2013 Mendagri RI Gamawan Fauzi meresmikan Kabupaten Malaka sekaligus melantik Penjabat Bupati Malaka, Herman Nai Ulu, dan pada hari Minggu, 5 Mei 2013 digelar pesta rakyat meriah masyarakat Malaka sebagai syukuran terbentuknya Kabupaten Malaka (Yohanes Sehandi – pengantar novel).

Lantas mengapa Likurai? Dalam epilog novel, Mezra E. Pellondou menulis, Robert ingin membangkitkan kembali spirit Likurai mula-mula sebagai sebuah keberanian generasi muda Malaka sekarang untuk terus memperjuangan dan mencintai tanah air (Malaka) agar senantiasa merdeka dari kemiskinan dan kebodohan. Likurai yang ditarikan Robert dalam novelnya, tidak membutuhkan kepala musuh untuk dipenggal dan kemudian diinjak-injak sebagai bentuk penghinaan. Walau tanpa penggalan kepala musuh namun tarian Likurai Robert tetap bermuatan semangat cinta tanah air Malaka dengan ketotalan jiwa. Likurai untuk Sang Mempelai bermakna setiap orang di tanah Malaka berjalan bersama, belajar bersama, berdialog bersama, bekerjasama dalam cinta dan persatuan yang kokoh untuk mendandani Malaka sebagai tanah air, sekaligus sebagai kabupaten yang baru diresmikan.

Walau tanpa penggalan kepala musuh, namun Novel Likurai untuk Sang Mempelai karya Robet ini ingin mengatakan kepada kita semua bahwa musuh sesungguhnya dari manusia adalah mendidik diri sendiri. Hal yang paling sulit bagi masyarakat Malaka juga masyarakat lain yang sedang memperjuangkan kemerdekaan diri atau yang baru saja memerdekakan diri adalah, mendidik diri sendiri untuk terus mencintai tanah dan kebudayaaan yang membungkusnya.

Dengan segala kekurangannya, novel ini telah berada di tangan pembaca, namun kelebihan yang dapat kita petik adalah kita semua akan setuju bahwa ternyata pendidikan yang paling sulit adalah mendidik diri sendiri, dan untuk hal itu sekolah kehidupan bernama Likurai (cinta tanah air) harus dimulai dari mendidik diri kita sendiri untuk belajar dan terus belajar mencintai kehidupan, mencintai ibu atau tanah kelahiran sebagai panggilan agung bagi setiap orang. Bahkan untuk hal itu sebagian orang siap dicintai sekaligus dibenci.

Dalam catatan Yohanes Sehandi, terbitnya novel Likurai untuk Sang Mempelai ini menambah deretan karya sastra NTT berbentuk novel yang berlatar (setting) tanah Timor menjadi 6 judul. Novel lain yang berlatar tanah Timor dalam koleksi Yohanes Sehandi adalah (1) Cumbuan Sabana (Gerson Poyk, Penerbit Nusa Indah, Ende, 1979), (2) Petra Southern Meteor (Yoss Gerard Lema, Penerbit Gita Kasih, Kupang, 2006), (3) Surga Retak (Mezra E. Pellondou, Penerbit Kairos, Kupang, 2007), (4) Badut Malaka (R. Fahik, Penerbit Cipta Media, Yogyakarta, 2011), dan (5) Perempuan dari Lembah Mutis (Mezra E. Pellondou, Penerbit Framepublishing, Yogyakarta, 2012).
***

*) Komunitas Rumah Segitiga
Dijumput dari: http://robertusfahik.blogspot.com/2013/12/resensi-novel-likurai-untuk-sang.html#!/2013/12/resensi-novel-likurai-untuk-sang.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati